Kepemimpinan Dinasti Umayyah Ii Di Andalusia (Spanyol)
Perkembangan Islam Pada Masa Daulah Bani Umayyah di Andalusia (Spanyol)
A. Periode Pertama (711 -755 M)
Spanyol di bawah pemerintahan Wali yang diangkat Khalifah di Damaskus. Pada abad ini masih terdapat gangguan dari dalam, antara lain antar elit penguasa akhir perbedaan etnis dan golongan. Antara Khalifah di Damaskus dan Gubernur Afrika Utara di Kairawan saling mengklaim paling berhak menguasai Spanyol, hingga terjadi pergantian Gubernur sebanyak 30 kali dalam waktu singkat. Perbedaan etnis antara suku Barbar dan Arab mengakibatkan konflik politik sehingga tidak ditemukan figure yang tangguh.
B. Periode Kedua (755-912 M)
Penguasa Spanyol masa ini:
1) Abdurrahman al-Dakhil, berhasil mendirikan masjid di Cordova dan sekolah-sekolah.
2) Hisyam I, berhasil menegakkan aturan Islam.
3) Hakam I, sebagai pembaharu bidang militer.
4) Abdurrahman al-Ausath, penguasa yang cinta ilmu.
5) Muhammad bin Abdurrahman
6) Munzir bin Muhammad
7) Abdullah bin Muhammad
Pada periode ke-9, stabilitas negara terganggu balasan gerakan Martyrdom Katolik fanatik yang mencari kesyahidan.Namun pihak Gereja tidak mendukung gerakan itu alasannya pemerintah Islam membuatkan kebebasan beragama.Pemerintah menyediakan peradilan hukum khusus Nasrani dan tidak dihalangi untuk bekerja sebagai pegawai pada instansi militer. Gangguan juga timbul balasan pemberontak di Toledo, percobaan revolusi yang dipimpin Hafshun yang berpusat di pegunungan bersahabat Malaga, serta perselisihan orang Barbar dan Arab.
C. Periode Ketiga (912-1013 M)
Dimulai oleh Abdurrahman an-Nashir, Spanyol di bawah pemerintahan bergelar Khalifah (mulai tahun 929 M). Bermula dari berita terbunuhnya Khalifah al-Muqtadir oleh pengawalnya sendiri, menurutnya ini dikala yang tepat untuk menggunakan gelar Khalifah sesudah 150 tahun lebih hilang dari kekuasaan Bani Umayyah. Sejarah tidak pernah leas dari era Khalifah yang memerintah pada era ini antara lain:
a. Abdur Rahman III (300-350 H/912-961 M)
Abdur Rahman menggantikan kedudukan ayahnya pada usia 21 tahun. Penobatannya disambut dan diterima segenap kalangan. Pada tahun 301H/913 M, Abdur Rahman mengumpulkan pasukan militer yang sangat besar. Pihak perusuh dan pihak musuh gentar dengan kekuatan militer Abdur Rahman III. Dengan demikian tanpa perlawanan dia menaklukkan kota-kota besar di belahan utara Spanyol, lalu Saville. Suku Berber dan umat Kristen Spanyol yang selama ini menjadi perintang, tunduk kepada Abdur Rahman III. Hanya masyarakat Toledo yang berusaha melawan sang Sultan, namun segera mampu ditundukkan. Selanjutnya Abdur Rahman mengerahkan pasukannya ke belahan utara Spanyol untuk menundukkan umat Katolik wilayah ini yang senantiasa berusaha menghancurkan kekuatan Muslim
Dua tahun dari kurun penobatan Abdur Rahman III, Ordano II, kepala suku Leon, datang menyerbu beberapa wilayah lslam. Pada saat itu Abdur Rahman sedang terlibat perselisihan dengan Khalifah Fatimiyah di Mesir. Ahmad lbn Abu Abda ditunjuk memimpin pasukan untuk menghadapi pasukan Ordano II. Setelah terdesak Ordano ll lalu bersekutu dengan Sancho, kepala suku Navarre. Suku Leon dan suku Navarre dihancurkan oleh pasukan yang dipimpin oleh Abdur Rahman sendiri, bersamaan dengan terbunuhnya Ordano ll dan Sancho. Penguasa Muslim Spanyol selama ini berkedudukan sebagai Amir atau Sultan. Abdur Rahman merupakan orang pertama yang mengklaim kedudukannya sebagai khalifah dengan gelar an-Nasir Li Dinillah (penegak agama Allah), sehabis beliau berhasil dalam perjuangan menumpas pemberontakan Katolik suku Leon dan Navarre. Dengan demikian pada era ini terdapat dua khalifah Sunni di dunia Islam: Khalifah Abbasiyah di Bagdad dan Khalifah Umayyah dispanyol, dan seorang khalifah Syi’ah Fatimiyah Afrika Utara.
b. Hakam II (350-366 H/961-976 M)
Hakam II menggantikan kedudukan ayahnya, Abdur Rahman. Pada kurun ini pimpinan suku Navarre, yang semula telah mengakui otoritas pemerintahan Islam semasa Abdur Rahman III, berusaha melepaskan diri dengan anggapan bahwa Hakam yang populer suka perdamaian dan pandai tersebut tidak akan menuntut ketentuan dalam perjanjian sebelumnya, dan seandainya ia memilih jalan perang pasti kekuatan Hakam tidak sekuat kecakapan militer ayahnya. Tapi ternyata bahwa Hakam pertanda dirinya tidak hanya sebagai orang arif melainkan juga pemimpin militer yang cakap. Sancho, pimpinan Nasrani suku Leo, dan pimpinan Katolik lainnya ditundukkan dikala melancarkan pemberontakan.
Ia juga mengerahkan pasukannya yang dipimpin Ghalib ke Atrika untuk menekan kekuatan Fatimiyah. Ghalib mencapai sukses menegakkan kekuasaan Umayyah Spanyol di Afrika Barat. Suku Berber di Maghrawa, Mikansa, dan Zenate mengakui kepemimpinan Hakam.
Setelah berhasil mengamankan situasi politik dalam negeri, Hakam selanjutnya memberikan jati dirinya dalam gerakan pendidikan. la mengungguli seluruh penguasa sebelumnya dalam aktivitas intelektual. Ia mengirimkan sejumlah utusan ke seluruh wilayah timur untuk membeli buku-buku dan manuskrip, atau harus menyalinnya kalau sebuah buku tidak terbeli sekalipun dengan harga mahal untuk dibawa pulang ke Cordoba.
Dalam gerakan ini beliau berhasil mengumpulkan tidak kurang dari 100.000 buku dalam perpustakaan negara di Cordoba. Katalog perpustakaan ini terdiri 44 jilid. Para ilmuan, filosof dan ulama dapat secara bebas memasukinya. Untuk meningkatkan kecerdasan rakyatnya, dia mendirikan sejumlah sekolah di ibukota. Hasilnya, seluruh rakyat Spanyol mengenal baca tulis. Sementara itu umat Nasrani Eropa, kecuali-para pendeta, tetap dalam kebodohan, masyarakat atasan sekalipun. Universitas Cordoba merupakan universitas termasyhur di dunia pada saat itu. Dengan meninggalnya Hakam pada tahun 366 H/976 M, kala kejayaan Dinasti Umayyah di Spanyol berakhir.
c. Hisyam II
Hakam mewariskan kedudukannya kepada Hisyam II, anaknya yang gres berusia sebelas tahun. Karena usianya yang terlalu belia, ibunya yang bernama Sulthana Subh dan seorang yang bernama Muhammad bin Abi Amir mengambil alih kekuasaan pemerintahan. Muhammad bin Abi Amir seorang yang sangat ambisius. Setelah berhasil merebut jabatan perdana menteri, dia menggelari namanya sebagai Hajib al-Manshur. Ia merekrut militer dari kalangan suku Berber menggantikan militer Arab. Dengan kekuatan militer Berber inilah berhasil menundukkan kekuatan Nasrani di wilayah utara Spanyol, dan berhasil memperluas imbas Bani Umayyah di Barat Laut Afrika. Ia kesudahannya memegang seluruh cabang kekuasaan negara, sementara sang khalifah tidak lebih sebagai boneka mainannya. Surat resmi dan maklumat negari diterbitkan atas namanya.
Hajib Al Manshur meninggal tahun 393 H/1002 M di Madinaceli. Ia merupakan negarawan dan jenderal Arab yang terbesar di Spanyol. Ia merupakan seorang jenderal yang paling berjasa yang pernah hidup di Spanyol. Pada kala ini, rakyat lebih makmur daripada era sebelumnya. Ia digantikan oleh anaknya yang bernama al-Muzaffar yang berhasil mempertahankan kondisi ini selama enam tahun.
Sepeninggal al-Muzaffar, Spanyol dilanda banyak sekali kerusuhan. Muzaffar mewariskan jabatan Hajib kepada saudaranya yang berjulukan Abdur Rahman yang mendapat julukan “Sanchol”. Ia lebih ambisius daripada pendahulunya, karena beliau menginginkan jabatan sebagai khalifah Cordoba
d. Sulaiman
Muhammad al-Mahdi digantikan tokoh Umayyah lainnya yang bernama Sulaiman. Semenjak era ini proses kemunduran dan kejatuhan kekhalifahan Spanyol berlangsung secara cepat. Tidak beberapa usang Hisyam II merebut jabatan khalifah untuk kedua kalinya. Bersamaan dengan ini Kordoba, pusat kekhilafahan Spanyol, dilanda kekacauan politik. Akhirnya pada tahun 1013 M dewan menteri yang memerintah Cordoba menghapuskan jabatan khalifah.
Pada dikala ini kekuatan Muslim Spanyol terpecah dalam banyak negara kecil di bawah pimpinan raja-raja atau muluk al Thawaif. Tercatat lebih tiga puluh negara kecil yang berpusat di Seville, Cordoba, Toledo dan lain-lain.
Kekuatan Katolik wilayah utara Spanyol bergerak untuk bangkit. Kekacauan pemerintahan pusat dimanfaatkan mereka sebaik-baiknya. Alfonso VI, penguasa Castille yang menjabat semenjak tahun 486 H/1065 M. berhasil menyatukan tiga basis kekuatan Katolik: Castile, Leon, dan Navarre, menjadi sebuah kekuatan militer mahir untuk menyerbu Toledo.
D. Periode Keempat (1013-1086 M)
Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negara kecil dibawah pemerintahan alMuluk ath-Thawaif (raja-raja golongan) berpusat di Seville, Cordova, Toledo dan sebagainya. Konflik internal antar raja terjadi dan mereka yang bertikai sering meminta pemberian raja-raja Kristen.Orang-orang Katolik yang melihat kelemahan ini pun memulai inisiatif penyerangan. Meski situasi politik tidak stabil, namun pendidikan dan peradaban terus berkembang alasannya adalah para sarjana dan sastrawan terlindungi dari satu istana ke istana lain.
E. Periode Kelima (1086-1248 M)
Meski terpecah dalam beberapa negara, terdapat kekuatan dominan ialah Dinasti Murabithun (1086-1143 M) dan Dinasti Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti Murabithun didirikan Yusuf bin Tasyfin di Afrika Utara. Memasuki Spanyol tahun 1086 M dengan mengalahkan pasukan Castilia. Perpecahan di kalangan Muslim menimbulkan Yusuf bin Tasyfin mudah menguasai Spanyol. Tahun 1143 M kekuasaannya berakhir karena para penggantinya lemah dan diganti DInasti Muwahhidun yang didirikan Muhammad bin Tumart tahun 1146 M. Untuk beberapa decade mengalami kemajuan dan setelah itu mengalami kemunduran akibat serangan tentara Katolik di Las Navas de Tolessa 1212 M, di Cordova 1238 M, dan Seville 1248 M. Seluruh kekuasaan Islam lepas kecuali Granada.
F. Periode Keenam (1248-1492 M)
Granada dikuasai Bani Ahmar (1232-1492 M) dan mengalami kemajuan peradabanseperti abad Abdurrahman al-Nashir.Namun secara politik mereka lemah alasannya perebutan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad tidak senang pada ayahnya yang menunjuk anaknya yang lain menggantikan sebagai raja. Ayahnya terbunuh dan diganti Muhammad bin Sa'ad. Abu Abdullah pun meminta tunjangan Raja Ferdinand dan Isabella yang karenanya dia naik tahta. Namun Ferdinand dan Isabella ingin merebut kekuasaan Islam dan dengan terus menyerang kekuasaan Islam.Abu Abdullah menyerah dan hijrah ke Afrika Utara.Umat Islam dihadapkandua pilihan yaitu masuk Kristen atau pergi dari Spanyol. Tahun 1609 M tidak ada lagi umat Islam di kawasan ini.
Demikianlah sobat bacaan madani ulasan ihwal kepemimpinan Dinasti Umayyah II di Andalusia (Spanyol). Sumber Modul 4 Perkembangan Islam Sesudah Masa Khulafaur Rasyidin, Pendidikan Profesi Guru dalam Jabatan Kementerian Agama Republik Indonesia 2018. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com agar bermanfaat. Aamiin.
A. Periode Pertama (711 -755 M)
Spanyol di bawah pemerintahan Wali yang diangkat Khalifah di Damaskus. Pada abad ini masih terdapat gangguan dari dalam, antara lain antar elit penguasa akhir perbedaan etnis dan golongan. Antara Khalifah di Damaskus dan Gubernur Afrika Utara di Kairawan saling mengklaim paling berhak menguasai Spanyol, hingga terjadi pergantian Gubernur sebanyak 30 kali dalam waktu singkat. Perbedaan etnis antara suku Barbar dan Arab mengakibatkan konflik politik sehingga tidak ditemukan figure yang tangguh.
B. Periode Kedua (755-912 M)
Penguasa Spanyol masa ini:
1) Abdurrahman al-Dakhil, berhasil mendirikan masjid di Cordova dan sekolah-sekolah.
2) Hisyam I, berhasil menegakkan aturan Islam.
3) Hakam I, sebagai pembaharu bidang militer.
4) Abdurrahman al-Ausath, penguasa yang cinta ilmu.
5) Muhammad bin Abdurrahman
6) Munzir bin Muhammad
7) Abdullah bin Muhammad
Pada periode ke-9, stabilitas negara terganggu balasan gerakan Martyrdom Katolik fanatik yang mencari kesyahidan.Namun pihak Gereja tidak mendukung gerakan itu alasannya pemerintah Islam membuatkan kebebasan beragama.Pemerintah menyediakan peradilan hukum khusus Nasrani dan tidak dihalangi untuk bekerja sebagai pegawai pada instansi militer. Gangguan juga timbul balasan pemberontak di Toledo, percobaan revolusi yang dipimpin Hafshun yang berpusat di pegunungan bersahabat Malaga, serta perselisihan orang Barbar dan Arab.
C. Periode Ketiga (912-1013 M)
Dimulai oleh Abdurrahman an-Nashir, Spanyol di bawah pemerintahan bergelar Khalifah (mulai tahun 929 M). Bermula dari berita terbunuhnya Khalifah al-Muqtadir oleh pengawalnya sendiri, menurutnya ini dikala yang tepat untuk menggunakan gelar Khalifah sesudah 150 tahun lebih hilang dari kekuasaan Bani Umayyah. Sejarah tidak pernah leas dari era Khalifah yang memerintah pada era ini antara lain:
a. Abdur Rahman III (300-350 H/912-961 M)
Abdur Rahman menggantikan kedudukan ayahnya pada usia 21 tahun. Penobatannya disambut dan diterima segenap kalangan. Pada tahun 301H/913 M, Abdur Rahman mengumpulkan pasukan militer yang sangat besar. Pihak perusuh dan pihak musuh gentar dengan kekuatan militer Abdur Rahman III. Dengan demikian tanpa perlawanan dia menaklukkan kota-kota besar di belahan utara Spanyol, lalu Saville. Suku Berber dan umat Kristen Spanyol yang selama ini menjadi perintang, tunduk kepada Abdur Rahman III. Hanya masyarakat Toledo yang berusaha melawan sang Sultan, namun segera mampu ditundukkan. Selanjutnya Abdur Rahman mengerahkan pasukannya ke belahan utara Spanyol untuk menundukkan umat Katolik wilayah ini yang senantiasa berusaha menghancurkan kekuatan Muslim
Dua tahun dari kurun penobatan Abdur Rahman III, Ordano II, kepala suku Leon, datang menyerbu beberapa wilayah lslam. Pada saat itu Abdur Rahman sedang terlibat perselisihan dengan Khalifah Fatimiyah di Mesir. Ahmad lbn Abu Abda ditunjuk memimpin pasukan untuk menghadapi pasukan Ordano II. Setelah terdesak Ordano ll lalu bersekutu dengan Sancho, kepala suku Navarre. Suku Leon dan suku Navarre dihancurkan oleh pasukan yang dipimpin oleh Abdur Rahman sendiri, bersamaan dengan terbunuhnya Ordano ll dan Sancho. Penguasa Muslim Spanyol selama ini berkedudukan sebagai Amir atau Sultan. Abdur Rahman merupakan orang pertama yang mengklaim kedudukannya sebagai khalifah dengan gelar an-Nasir Li Dinillah (penegak agama Allah), sehabis beliau berhasil dalam perjuangan menumpas pemberontakan Katolik suku Leon dan Navarre. Dengan demikian pada era ini terdapat dua khalifah Sunni di dunia Islam: Khalifah Abbasiyah di Bagdad dan Khalifah Umayyah dispanyol, dan seorang khalifah Syi’ah Fatimiyah Afrika Utara.
b. Hakam II (350-366 H/961-976 M)
Hakam II menggantikan kedudukan ayahnya, Abdur Rahman. Pada kurun ini pimpinan suku Navarre, yang semula telah mengakui otoritas pemerintahan Islam semasa Abdur Rahman III, berusaha melepaskan diri dengan anggapan bahwa Hakam yang populer suka perdamaian dan pandai tersebut tidak akan menuntut ketentuan dalam perjanjian sebelumnya, dan seandainya ia memilih jalan perang pasti kekuatan Hakam tidak sekuat kecakapan militer ayahnya. Tapi ternyata bahwa Hakam pertanda dirinya tidak hanya sebagai orang arif melainkan juga pemimpin militer yang cakap. Sancho, pimpinan Nasrani suku Leo, dan pimpinan Katolik lainnya ditundukkan dikala melancarkan pemberontakan.
Ia juga mengerahkan pasukannya yang dipimpin Ghalib ke Atrika untuk menekan kekuatan Fatimiyah. Ghalib mencapai sukses menegakkan kekuasaan Umayyah Spanyol di Afrika Barat. Suku Berber di Maghrawa, Mikansa, dan Zenate mengakui kepemimpinan Hakam.
Setelah berhasil mengamankan situasi politik dalam negeri, Hakam selanjutnya memberikan jati dirinya dalam gerakan pendidikan. la mengungguli seluruh penguasa sebelumnya dalam aktivitas intelektual. Ia mengirimkan sejumlah utusan ke seluruh wilayah timur untuk membeli buku-buku dan manuskrip, atau harus menyalinnya kalau sebuah buku tidak terbeli sekalipun dengan harga mahal untuk dibawa pulang ke Cordoba.
Dalam gerakan ini beliau berhasil mengumpulkan tidak kurang dari 100.000 buku dalam perpustakaan negara di Cordoba. Katalog perpustakaan ini terdiri 44 jilid. Para ilmuan, filosof dan ulama dapat secara bebas memasukinya. Untuk meningkatkan kecerdasan rakyatnya, dia mendirikan sejumlah sekolah di ibukota. Hasilnya, seluruh rakyat Spanyol mengenal baca tulis. Sementara itu umat Nasrani Eropa, kecuali-para pendeta, tetap dalam kebodohan, masyarakat atasan sekalipun. Universitas Cordoba merupakan universitas termasyhur di dunia pada saat itu. Dengan meninggalnya Hakam pada tahun 366 H/976 M, kala kejayaan Dinasti Umayyah di Spanyol berakhir.
c. Hisyam II
Hakam mewariskan kedudukannya kepada Hisyam II, anaknya yang gres berusia sebelas tahun. Karena usianya yang terlalu belia, ibunya yang bernama Sulthana Subh dan seorang yang bernama Muhammad bin Abi Amir mengambil alih kekuasaan pemerintahan. Muhammad bin Abi Amir seorang yang sangat ambisius. Setelah berhasil merebut jabatan perdana menteri, dia menggelari namanya sebagai Hajib al-Manshur. Ia merekrut militer dari kalangan suku Berber menggantikan militer Arab. Dengan kekuatan militer Berber inilah berhasil menundukkan kekuatan Nasrani di wilayah utara Spanyol, dan berhasil memperluas imbas Bani Umayyah di Barat Laut Afrika. Ia kesudahannya memegang seluruh cabang kekuasaan negara, sementara sang khalifah tidak lebih sebagai boneka mainannya. Surat resmi dan maklumat negari diterbitkan atas namanya.
Hajib Al Manshur meninggal tahun 393 H/1002 M di Madinaceli. Ia merupakan negarawan dan jenderal Arab yang terbesar di Spanyol. Ia merupakan seorang jenderal yang paling berjasa yang pernah hidup di Spanyol. Pada kala ini, rakyat lebih makmur daripada era sebelumnya. Ia digantikan oleh anaknya yang bernama al-Muzaffar yang berhasil mempertahankan kondisi ini selama enam tahun.
Sepeninggal al-Muzaffar, Spanyol dilanda banyak sekali kerusuhan. Muzaffar mewariskan jabatan Hajib kepada saudaranya yang berjulukan Abdur Rahman yang mendapat julukan “Sanchol”. Ia lebih ambisius daripada pendahulunya, karena beliau menginginkan jabatan sebagai khalifah Cordoba
d. Sulaiman
Muhammad al-Mahdi digantikan tokoh Umayyah lainnya yang bernama Sulaiman. Semenjak era ini proses kemunduran dan kejatuhan kekhalifahan Spanyol berlangsung secara cepat. Tidak beberapa usang Hisyam II merebut jabatan khalifah untuk kedua kalinya. Bersamaan dengan ini Kordoba, pusat kekhilafahan Spanyol, dilanda kekacauan politik. Akhirnya pada tahun 1013 M dewan menteri yang memerintah Cordoba menghapuskan jabatan khalifah.
Pada dikala ini kekuatan Muslim Spanyol terpecah dalam banyak negara kecil di bawah pimpinan raja-raja atau muluk al Thawaif. Tercatat lebih tiga puluh negara kecil yang berpusat di Seville, Cordoba, Toledo dan lain-lain.
Kekuatan Katolik wilayah utara Spanyol bergerak untuk bangkit. Kekacauan pemerintahan pusat dimanfaatkan mereka sebaik-baiknya. Alfonso VI, penguasa Castille yang menjabat semenjak tahun 486 H/1065 M. berhasil menyatukan tiga basis kekuatan Katolik: Castile, Leon, dan Navarre, menjadi sebuah kekuatan militer mahir untuk menyerbu Toledo.
D. Periode Keempat (1013-1086 M)
Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negara kecil dibawah pemerintahan alMuluk ath-Thawaif (raja-raja golongan) berpusat di Seville, Cordova, Toledo dan sebagainya. Konflik internal antar raja terjadi dan mereka yang bertikai sering meminta pemberian raja-raja Kristen.Orang-orang Katolik yang melihat kelemahan ini pun memulai inisiatif penyerangan. Meski situasi politik tidak stabil, namun pendidikan dan peradaban terus berkembang alasannya adalah para sarjana dan sastrawan terlindungi dari satu istana ke istana lain.
E. Periode Kelima (1086-1248 M)
Meski terpecah dalam beberapa negara, terdapat kekuatan dominan ialah Dinasti Murabithun (1086-1143 M) dan Dinasti Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti Murabithun didirikan Yusuf bin Tasyfin di Afrika Utara. Memasuki Spanyol tahun 1086 M dengan mengalahkan pasukan Castilia. Perpecahan di kalangan Muslim menimbulkan Yusuf bin Tasyfin mudah menguasai Spanyol. Tahun 1143 M kekuasaannya berakhir karena para penggantinya lemah dan diganti DInasti Muwahhidun yang didirikan Muhammad bin Tumart tahun 1146 M. Untuk beberapa decade mengalami kemajuan dan setelah itu mengalami kemunduran akibat serangan tentara Katolik di Las Navas de Tolessa 1212 M, di Cordova 1238 M, dan Seville 1248 M. Seluruh kekuasaan Islam lepas kecuali Granada.
F. Periode Keenam (1248-1492 M)
Granada dikuasai Bani Ahmar (1232-1492 M) dan mengalami kemajuan peradabanseperti abad Abdurrahman al-Nashir.Namun secara politik mereka lemah alasannya perebutan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad tidak senang pada ayahnya yang menunjuk anaknya yang lain menggantikan sebagai raja. Ayahnya terbunuh dan diganti Muhammad bin Sa'ad. Abu Abdullah pun meminta tunjangan Raja Ferdinand dan Isabella yang karenanya dia naik tahta. Namun Ferdinand dan Isabella ingin merebut kekuasaan Islam dan dengan terus menyerang kekuasaan Islam.Abu Abdullah menyerah dan hijrah ke Afrika Utara.Umat Islam dihadapkandua pilihan yaitu masuk Kristen atau pergi dari Spanyol. Tahun 1609 M tidak ada lagi umat Islam di kawasan ini.
0 Response to "Kepemimpinan Dinasti Umayyah Ii Di Andalusia (Spanyol)"
Post a Comment