Meneladani Sifat Terpuji Abizar Al-Ghifari

1. Sebelum Masuk Islam
Tidak diketahui niscaya kapan Abizar lahir. Sejarah hanya mencatat, ia lahir dan tinggal akrab jalur kaϐilah Makkah, Syria. Riwayat hitam era lalu Abizar tak lepas dari keberadaan keluarganya.

Abizar yang dibesarkan di tengah-tengah keluarga perampok besar Al Ghiffar ketika itu, menjadikan agresi kekerasan dan teror untuk mencapai tujuan sebagai profesi keseharian. Itu sebabnya, Abizar yang semula berjulukan Jundab, juga dikenal sebagai perampok besar yang sering melaksanakan agresi teror di negeri-negeri di sekitarnya. Kendati demikian, Jundab intinya berhati baik. Kerusakan dan derita korban yang disebabkan oleh aksinya kemudian menjadi titik balik dalam perjalanan hidupnya, insaf dan berhenti dari aksi jahatnya tersebut. Bahkan tak saja beliau meratapi segala perbuatan jahatnya itu, tapi juga mengajak rekan-rekannya mengikuti jejaknya. Tindakannya itu mengakibatkan amarah besar sukunya, yang memaksa Jundab meninggalkan tanah kelahirannya.

Bersama ibu dan saudara lelakinya, Anis Al Ghifar, Abizar hijrah ke Nejed Atas, Arab Saudi. Ini merupakan hijrah pertama Abizar dalam mencari kebenaran. Di Nejed Atas, Abizar tak usang tinggal. Sekalipun banyak ilham-idenya dianggap revolusioner sehingga tak jarang menerima tantangan dari masyarakat setempat.

2.Masuk Islam
Mendengar datangnya agama Islam, Abizar pun berpikir ihwal agama gres ini. Saat itu, ajaran Nabi Muhammad ini telah mulai mengguncangkan kota Mekah dan membangkitkan gelombang kemarahan di seluruh Jazirah Arab. Abizar yang telah usang merindukan kebenaran, langsung tertarik kepada Rasulullah, dan ingin bertemu dengan Nabi SAW. Ia pergi ke Makkah, dan sekali-sekali mengunjungi Ka’bah. Sebulan lebih lamanya beliau mempelajari dengan seksama perbuatan dan fatwa Nabi. Waktu itu masyarakat kota Mekah dalam suasana saling bermusuhan.

Demikian halnya dengan Ka’bah yang masih dipenuhi berhala dan sering dikunjungi para penyembah berhala dari suku Quraisy, sehingga menjadi kawasan pertemuan yang terkenal. Nabi Saw juga datang ke sana untuk shalat.

Seperti yang diharapkan sejak usang, Abizar berkesempatan bertemu dengan Nabi. Dan pada dikala itulah dia memeluk agama Islam, dan kemudian menjadi salah seorang pejuang paling gigih dan berani.

Bahkan sebelum masuk Islam, ia sudah mulai menentang pemujaan berhala. Dia berkata: “Saya sudah terbiasa bersembahyang semenjak tiga tahun sebelum menerima kehormatan melihat Nabi Besar Islam.” Sejak dikala itu, Abizar membaktikan dirinya kepada agama Islam.

3. Menjadi Sahabat Nabi
Mendapat keyakinan Nabi SAW, Abizar ditugaskan mengajarkan Islam di kalangan sukunya. Meskipun tak sedikit rintangan yang dihadapinya, misi Abizar tergolong sukses. Bukan hanya ibu dan saudara-saudaranya, hampir seluruh sukunya yang suka merampok berhasil diIslamkan. Itu pula yang mencatatkan dirinya sebagai salah seorang penyiar Islam fase pertama dan terkemuka.
Rasulullah sendiri sangat menghargainya. Ketika beliau meninggalkan Madinah untuk terjun dalam “Perang pakaian compang-camping”, ia diangkat sebagai imam dan direktur kota itu. Saat akan meninggal dunia, Nabi memanggil Abizar. Sambil memeluknya, Rasulullah Saw berkata:

“Abizar akan tetap sama sepanjang hidupnya.”

Ucapan Nabiternyata benar, Abizar tetap dalam kesederhanaan dan sangat saleh. Seumur hidupnya dia mencela sikap hidup kaum kapitalis, terutama pada masa khalifah ketiga, Utsman bin Affan, ketika kaum Quraisy hidup dalam gelimangan harta.

Bagi Abizar, problem prinsip yaitu dilema yang tak mampu ditawar-tawar. Itu sebabnya, hartawan yang dermawan ini gigih mempertahankan prinsip egaliter Islam. Penafsirannya mengenai “Ayat Kanz” (ihwal pemusatan kekayaan), dalam surat Attaubah, menimbulkan pertentangan pada periode pemerintahan Utsman, khalifah ketiga.

“Mereka yang suka sekali menumpuk emas dan perak dan tidak memanfaatkannya di jalan Allah, beritahukan mereka bahwa hukuman yang sangat mengerikan akan mereka terima. Pada hari itu, kening, samping dan punggung mereka akan dicap dengan emas dan perak yang dibakar hingga merah, panasnya sangat tinggi, dan tertulis: Inilah apa yang telah engkau kumpulkan untuk keuntunganmu. Sekarang rasakan hasil yang telah engkau himpun.”

Atas dasar pemahamannya inilah, Abizar menentang keras inspirasi menumpuk harta kekayaan dan menganggapnya sebagai bertentangan dengan semangat Islam. Soal ini, sedikit pun Abizar tak mau kompromi dengan kapitalisme di kalangan kaum Muslimin di Syria yang diperintah Muawiyah, dikala itu.

Menurutnya, sebagaimana dikutip dalam buku Tokoh-tokoh Islam yang Diabadikan Al-Quran, merupakan kewajiban Muslim sejati menyalurkan kelebihan hartanya kepada saudara-saudaranya yang miskin. Untuk memperkuat pendapatnya itu, Abizar mengutip peristiwa periode Nabi: “Suatu hari, saat Nabi Besar sedang berjalan gotong royong Abizar, terlihat pegunungan Ohad.

Nabi berkata kepada Abizar, “Jika aku mempunyai emas seberat pegunungan yang jauh itu, aku tidak perlu melihatnya dan memilikinya kecuali kalau diharuskan membayar utang-utangku. Sisanya akan aku bagi-bagikan kepada hamba Allah”.

4. Pelayan Dhuafa dan Pelurus Penguasa
Semasa hidupnya, Abizar Al Ghifary sangat dikenal sebagai penyayang kaum dhuafa. Kepedulian terhadap golongan fakir ini bahkan menjadi perilaku hidup dan kepribadian Abizar. Sudah menjadi kebiasaan penduduk Ghiffar pada kurun jahiliyah merampok kafilah yang lewat. Abizar sendiri, saat belum masuk Islam, kerap kali merampok orangrang kaya. Namun alhasil dibagi-bagikan kepada kaum dhuafa. Kebiasaan itu berhenti begitu menyatakan diri masuk agama terakhir ini.

Prinsip hidup sederhana dan peduli terhadap kaum miskin itu tetap ia pegang di kawasan barunya, di Syria. Namun di daerah gres ini, dia menyaksikan gubernur Muawiyah hidup bermewah-glamor. Ia malahan memusatkan kekuasaannya dengan bantuan kelas yang mendapat hak istimewa, dan dengan itu mereka telah menumpuk harta secara besar-besaran. Ajaran egaliter Abizar membangkitkan massa melawan penguasadan kaum borjuis itu. Keteguhan prinsipnya itu menciptakan Abizar sebagai ‘duri dalam daging’ bagi penguasa setempat.

Ketika Muawiyah membangun istana hijaunya, Al Khizra, salah satu ahlus shuffah (teman Nabi saw yang tinggal di serambi Masjid Nabawi) ini mengkritik khalifah, “Kalau Anda membangun istana ini dari uang negara, berarti Anda telah menyalahgunakan uang negara. Kalau Anda membangunnya dengan uang Anda sendiri, berarti Anda melakukan ‘israf’ (pemborosan).” Muawiyah hanya terpesona dan tidak menjawab peringatan itu.

Muawiyah berusaha keras agar Abizar tidak meneruskan ajarannya. Tapi penganjur egaliterisme itu tetap pada prinsipnya. Muawiyah lalu mengatur sebuah diskusi antara Abizar dan hebat-jago agama. Sayang, pendapat para mahir itu tidak mempengaruhinya. Muawiyah melarang rakyat berafiliasi atau mendengarkan pengajaran salah satu teman yang ikut dalam penaklukan Mesir, pada abad khalifah Umar bin Khattab ini. Kendati demikian, rakyat tetap berduyun-duyun meminta nasihatnya. Akhirnya Muawiyah mengadu kepada khalifah Utsman. Ia mengatakan bahwa Abizar mengajarkan kebencian kelas di Syria, hal yang dianggapnya mampu membawa akhir yang serius.

Keberanian dan ketegasan perilaku Abizar ini mengilhami tokoh-tokoh besar selanjutnya, seperti Hasan Basri, Ahmad bin Hanbal, Ibnu Taimiyah, dan lainnya. Karena itulah, tak berlebihan bila sahabat Ali Ra, pernah berkata: “Saat ini, tidak ada satu orang pun di dunia, kecuali Abuzar, yang tidak takut kepada semburan tuduhan yang diucapkan oleh penjahat agama, bahkan aku sendiri pun bukan yang terkecuali.”

KD.
1.6 Menghayati keutamaan sifat teman Abdurrahman bin Auf dan Abu Dzar al-Gifari
2.6 Meneladani keutamaan sifat Shahabat: Abdurrahman bin Auf dan Abu Dzar alGhifari
3.7 Menganalisis dongeng keteladanan Shahabat: Abdurrahman bin Auf dan Abu Dzar al-Ghifari
4.8 Menceritakan dongeng keteladanan Shahabat: Abdurrahman bin Auf dan Abu Dzar al-Ghifari

Demikianlah sobat bacaan madani ulasan ihwal meneladani sifat terpuji Abizar al-Ghifari. Sumber buku Siswa Akidah Akhlak Kelas XI MA Kementerian Agama Republik Indonesia, 2015. Kunjungilah selalu www.bacaanmadani.com agar bermanfaat. Aamiin.

0 Response to "Meneladani Sifat Terpuji Abizar Al-Ghifari"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel